Glitter Words

Sabtu, 12 Maret 2011



Sabtu malam atau (maaf) malam minggu.
Yak, hari ini Sabtu, 13 maret 2011 pukul 20:30. Itu artinya sekarang adalah Sabtu malem. Ya, Sabtu malem! 

Kalo kalian tanya gue lagi ngapain, gue bakal jawab kalo gue lagi online di kamar, bengong mantengin laptop sambil nyelesain coret-coret gue yang udah hampir penuh satu buku. Kalo kalian tanya kenapa gue ngga keluar (maaf) malem mingguan, gue ngga bakal ngaku kalo gue (masih) jomblo, gue bakalan jawab kalo gue males keluar, Medan sedang hujan, dan jalanan pasti macet banget. Ngeles tingkat  satpol PP

Kalo disuruh pilih, gue bakalan lebih sering menggunakan istilah sabtu malem daripada harus make istilah (maaf) malem minggu. Gue emang cewek yang paling pengertian. Gue ngejaga banget perasaan temen-temen yang (masih) jomblo. Gue ngga tega ngebiarin mereka panik dengan mendengar istilah (maaf) malem minggu. Istilah yang sangat kasar untuk kaum jomblo. Itulah mengapa gue selalu menggunakan kata 'maaf' sebelum meneruskan dengan kata 'malem minggu'. Semata-mata untuk menjaga perasaan.

Tepuk tangan.

Buat kalian yang malem ini juga ngga kemana-mana, gue turut berduka cita. Teruslah berdoa, kawan. Berdoa untuk segera mendapatkan jodoh dan berdoa untuk segera mendapatkan jodoh. (sengaja gue ulang dua kali biar lebih dramatis). Jika doa kalian belum terkabulkan, jangan panik. Mungkin Tuhan masih menyimpan yang terbaik untuk diberikan pada waktu dan keadaan yang lebih tepat. Kalo kalian masih ngga sabaran juga, jangan lupakan 'Doa Persamaan Nasib' yang sering gue ajarkan.

"Ya tuhan, jika kau sayang pada temanku, lindungilah mereka. Jika kau sayang padaku, hancurkanlah malam minggu mereka."

Kamis, 10 Maret 2011

psychotique (10)

"kamu mau jadi cewe aku zor? Nemenin hari2 aku?" ujar pria botak nan manis itu.
"hah?" zora terbelalak. Apa2an nih si ucup pake nembak gue segala? Pikirnya.
"jawab zor.." ucup menggenggam tangan zora.
"a.. Hm.. Gimana ya.." zora kebingungan.
"please bilang iya."
"aduuhh.. Bener gue gatau." zora mulai memerah.
"aku suka sama kamu zor.. Dari pertama kita chatingan trus ketemu.."
"yaa.. Gimana ya.."
"aku pengen kamu ngasih aku kesempatan."
"hmm.. I.. Iy.. Iya deh" akhirnya zora mengangguk. Ucup bersorak kegirangan.
"makasih ya.. Seneng banget aku.. Sumpah!" matanya berbinar2.

***

pagi2 hpnya bi sudah gedombrengan aja. Mengganggu tidurnya.
"haloo.." jawabnya setengah sadar.
"jangan kemanamana ya,gue kesana nyong." ujar perempuan disebelah sana.
"ini siapa?.." tut..tut..tut.. Teleponnya sudah dimatikan.
"yee.. Siapa sih gak jelas banget" rutuk bi lalu meneruskan tidurnya.

Jam 9, bi masih tidur dengan nyenyak. Badannya seakan ancur. Kemarin dia naik motor kepuncak lalu menemani mamahnya sampai malem dirumah sakit. Benar2 hari ini dia akan tidur sepanjang hari.
"bi.. Banguuunn" suara manja membangunkan bi.
"hah?" bi menoleh, ternyata zora.
"banguuunn!!!" teriak zora kaya nenek2 dikuping bianca.
"iya iya monyet ini bangun" bi duduk ditempat tidurnya tetapi masih tetap memejamkan matanya.
"nah gitu dong" zora tersenyum puas.
"ada pa sih pagi2 ganggu aja" tanya bi yang langsung berjalan menuju kamar mandi didalam kamarnya.
"hihi.. Tau gak nyong?" zora cekikikan sendiri.
Bi membasuh mukanya "gak tau" lalu gosok gigi.
"gue sekarang pacaran sama ucup." zora menutup mukanya dengan bantal "ih bau iler" lalu melemparnya lagi.
"ha? Ang ener woh?" suara bi terdengar tidak jelas karena sambil menggosok giginya.
"bener" tegas zora.
"wah parah lo.. Masa gue tau ujungnya doang?" bi keluar dari kamar mandi dan duduk disebelah zora.
"gue ja kaget."
"yah.. Ntar gue ditinggal deh" ujar bi sedih.
"enggak ko sayang, kamu selalu dihati.. Aw aw aw" zora memeluk bi gemas. Dan mereka tertawa.
"eit tunggu dulu, lo kenapa ga sekolah?" bi baru sadar.
"hmm.. Males" zora melepaskan pelukannya.
Bi hanya mengelus pelan rambut zora.

***

ditempat yang berbeda.
"wah selamet mamen" dio menyalami ucup.
"haha.." tawa ucup.
"sialan, kemaren gue ditolak.. Mana uda belagak gila. Tetep aja ditolak sama bi." dio duduk diatas meja.
"hmm.. Emang sih bi rada susah" ujar ucup.
"yaah.. Yang begini ini yang gue demen sob" dio menjentikkan jarinya. "lah terus si rara pacar lo gimana?"
"pacar gue? Mantan kali" ucup tertawa.
"sadiiisss.. Lo putusin? Emang mau?" tanya dio.
"iya.. Dia gak mau. Tapi bodo amat ah. Gue kan pengennya sama zora."
"tapi kalo gak salah rara sama zora kan satu sekolahan? Ntar kalo rara ngamuk2 ke zora gimana? Lo taulah rara gimana orangnya." dio garuk2 kepala.
"urusan nanti sob." ucup menaikkan sebelah alisnya.

psychotique (9)

Pagi hari yang mendung. Bianca menggeliat dibalik selimutnya. Mencoba untuk membuka mata lalu sekejap kemudian dia ingin bangun beranjak mandi.
"oh iya kan di skors" bi menepuk jidatnya lalu merebahkan dirinya kembali. Tapi dari luar papanya mengetok pintu.
"bii.. Bangun sayang. Sekolah." bi berjalan gontai mmbuka pintu kamarnya.
"pagi paaah.." bi nyengir. "libur pah. Seminggu. Persiapan Try out katanya" bi mengarang bebas.
"ooh.. Yasudah mandi trus sarapan sama mama juga dibawah." kata papanya sambil ngeloyor pergi.
Bi memandangi keluar dari jendela rumahnya. Tampak langit mulai cemberut. Ingin menjatuhkan berjutajuta bahkan bermilyarmilyar tetes air.
Bi tidak menyesalkan perbuatannya, tapi dia terus kepikiran dengan sahabatnya yang disekolah sendirian. Tanpa dirinya. Dan dia juga kesepian tidak ada zora di sisinya.
Deru motor terdengar, memecah lamunannya. Kaget sesosok pria mengenakan jaket hitam dan helm warna putih masuk kerumahnya. Siapa itu? Pikirnya dalam hati.
"alah paling juga sales" bi beranjak mandi. Tapi dari bawah papahnya teriak. "biiii... Ini ada temanmu datang! Cepat turun!"

hah? Teman? Siapa? Bi cepat2 turun masih memegang handuknya.
Betapa kagetnya dia ternyata dio yang datang.
"lah, yo? Ngapain?" tanyanya.
"idih belom mandi.." dio meledek.
Bi tampak kikuk menyembunyikan handuknya. "heh, ditanya juga.. Malah ngeledek."
"minum dulu dong.. Baru ntar dijawab.. Aus niih.." katanya merengek.
"jeh.. Ngerepotin ya.." dengus bi. "mbak, bikin minum dong buat temen aku." teriak bi.

Setelah minuman datang, dio langsung menyeruput minumannya.
"beneran aus ya?" tanya bi heran.
"masa boongan"
"skarang jawab pertanyaan gue." bi tolak pinggang.
Dio melengos lalu duduk di tempat duduk kayu yang sudah disediakan untuk tamu di depan rumahnya bianca.
"kepuncak yuk!" ajak dio tiba2.
Ini anak memang penuh kejutan. Mengajak seenaknya saja. Kalo gak bisa gimana? Kan cape2in diri aja udah kerumah orang malah ditolak.

"gak bisa." tolak bi.
"kalo gak bisa gue aduin nih ke ortu lo kalo lo di skors" dio menatap bi yang masih berdiri dengan pandangan licik.
"eh lo tau darimana" bi mlotot.
"uda sana mandi. Ntar bilang aja lo mau latian band. Oke?" dio seakan tidak perduli dengan ekspresi bi.
Bi manyun lalu terpaksa mengikuti kemauan dio.
Setengah jam kemudian, bi keluar lalu menenteng helmnya "buruan yu ah.. Sore musti balik gue.. Mau nganter nyokap ke dokter."
dio bangkit lalu nyengir melihat bi yang walaupun tomboy ternyata manis juga mengenakan celana jeans ketat dan jaket kulit.

Pinter juga nyocokin kostum, pikir dio.

Dio menyalakan motor sportnya, lalu bi naik. Mereka berangkat ditemani langit yang berangsur angsur menunjukan senyumnya.

***

"biii.. Kesini bii.. Bagus banget deh.." ujar dio. Mereka sedang istirahat di kebun teh.. Sambil meminum teh hangat dari para penjual yang ada.
"bawel lo ah" acuhnya.
"jehh.. Ni anak.. Kesini.." paksa dio.
"iya iya, ada apaan sih? Bidadari?" ujar bi lalu terkesima melihat pemandangan yang ada didepannya.
"melototkan lo" ejek dio.
"waw.." hanya itu yg bisa diucap bi.
"bi, lo mau gak jadi cewe gue" ujar dio cepat tapi pelan.
Bi masih terkesima tak menggubris ucapan dio.
Dio ketakutan, sambil merem. Tapi setelah lama, dia perlahan membuka matanya. Ternyata bi sudah tidak ada disampingnya lagi.
"woy, sini.. Ada jagung ni" bi memanggil dari kejauhan.
"sial" keluh dio.
Mereka berdua lalu melanjutkan perjalanan menuju puncak pas.
Jalanan yang cerah tapi dingin tetap menusuk tulang mulai berliku.
Sesampainya disana, mereka berjalan menuju warung2 untuk memanjakan perut mereka yg keroncongan.
Bi memesan bandrek dan makanan yang bisa menghangatkan tubuhnya. Begitu juga dengan dio.
Sambil menunggu makanan, dio berniat mengucapkan kalimat pamungkasnya yang tadi.
"bi!" hardik dio. Takut bi tidak memperhatikannya seperti tadi lagi.
"hah?" jawab bi.
"lo mau enggak jadi cewe gue?" tanyanya.
"enggak." jawab bi dengan singkat.
"serius bi."
"iya serius" ujar bi.
"kenapa?" wajah dio mulai suram.
Bi gak menjawab.
Pelayan lalu mengantar makanan mereka. Tampak minuman dan makanan mengebul ngebul..
"bang bang.. Gue sayang bang ama dia bang.." kata dio belaga gila. Bi tampak risih. Sang pelayan hanya senyum lalu mngacungkan jempolnya.
"apaan sih lo. Jangan didengerin ya bang" sanggah bi.
Dio bangkit lalu menyambangi meja meja yang lain "om om.. Saya sayang banget om sama dia.. Itu tuh.. Namanya bianca.." lalu pindah ketempat lain "mas mas.. Aa aa.. Neng.. Teteh.. Sayang sayaaang banget sama dia.. Tuh yang disana tuh.." semua pengunjung hanya tersenyum melihat tingkah anak muda yang sedang dimabuk kepayang oleh cinta.
bi menutup mukanya, karena malu.
Setelah dio melakukan aksi gilanya, dia kembali.
"gimana? Udah percaya?"
"gokil lo" bi geleng2 kepala.
"jadi jawabannya apa?" dio masang muka mupeng.
Bi nyengir "hehe... Enggak!" bi pasang muka jutek sejutek juteknya.
"oh my gooodddd..." dio menepuk kepalanya.

psychotique (8)

Akhirnya bel (yg mirip kentut) berbunyi.
"bianca, kamu ditunggu kepala sekolah diruangannya." kata bu dina, guru fisika.
Zora menoleh kebelakang. "gue ikut ya?" bisik zora.
Bi membereskan mejanya, lalu menggantungkan tasnya di bahunya. "gausah monyet" katanya sambil mengacak2 rambut zora lalu melenggang pergi.

Tok tok tok.. Suara pintu diketuk.
"ya masuk." suara berat dari dalam ruangan menyambut bi.
"siang pak, saya bianca."
"oh iya iya, masuk sini" kata pak syamsudin komarudin, kepala sekolah SMA Mustika.
Bi duduk dengan tenang.
"bianca frederica.. Kamu tau kenapa dipanggil kesini?" tanya pak syamsudin komarudin (yah, menyebut namanya harus lengkap. Karena memang begitu ketentuannya dia sangat tidak suka dipanggil syamsudin saja atau komarudin saja.. Atau malah syam, yah biar sedikit keren. Tapi tetap dia menolaknya)
"gatau pak" jawabnya.
"kamu ini!" dia menggebrak meja "kenapa kamu itu menyiram ratih choirunisa (nama lengkap rara) dengan baso panas?"
"maaf pak.. Dia yang menghina saya dengan kata lesbian duluan.." jawab bi santai walaupun agak sedikit kaget karena gebrakan meja tadi.
"jadi dia menghina kamu lesbian?" tanya pak syamsudin komarudin.
"iya pak, kalo ga percaya tanya aja sama anak2. Dia teriak2 menghina saya sama teman saya pak. Yah saya sih mengharap keadilan saja."
"tapi tidak seharusnya kamu membalasnya demikian.." pak syamsudin komarudin menyuruh pesuruh sekolah untuk memanggil rara keruangan nya.
"namanya manusia pak." timpal bi.
Kemudian datanglah rara dan duduk disamping bi.
"keluarin aja pak.. Orang brutal kaya gini ga pantes sekolah disini." sulut rara.
"diam kamu!" hardik pak kepala sekolah. Memang pak syamsudin komarudin ini terkenal galaknya naudubillah, tapi dia juga bijaksana.
"bianca frederica, kamu tak seharusnya seperti ini.. Kamu bisa menyikapi semuanya dengan tenang.. Kamu saya skorsing 1minggu." hukumnya.
"tapi pak.. Saya baru aja masuk pak.. Masa uda di skors lagi.." sanggah bi.
"dan kamu ratih choirunisa, kamu juga bapak skors 1minggu karena telah memancing keributan." ujar nya tak peduli sanggahan bi.
"loh kok saya juga? Gak adil pak!" rara marah.
"sekarang kalian keluar, dan akan saya kirim segera suratnya.. Cepat.."
rara menghentakan kakinya, kesal. Sedangkan bi berjalan gontai.
Zora melihat bi dari parkiran sedang berjalan di lorong sekolah. Lalu berlari nyamperin bi.
"gimana gimana?" tanya zora sambil nomplok bi.
"hh.. Gue di skors nyet"
"ha? Masa?" zora kaget campur sedih.
"jangan cemberut ah, tapi gue puas. Si rara juga di skors" ujar bi menghibur.
"pasti ni anak nyari gara2 lagi nih" kata zora.
"alaaaah.. Yaudahlah.. Sabar aja. Kalo ga kapok juga ntar gue bunh buat monyet kesayangan gue ini" kata bi merangkul zora lalu berjalan keparkiran.
*****

psychotique (7)

"jangan lupa untuk kemo ya pak :) jangan abaikan kesehatan dan jangan putus asa" kata pria berjubah putih dengan stetoskop dilehernya.
Papah dan mamah bi menjabat tangan sang dokter. Lalu berjalan menuju luar.
Disana sudah ada bi dan zora yg menunggu di mobil. Zora membantu papahnya bi untuk memapah.
Lalu bi melesat meninggalkan rumah sakit.
Mamanya kurus sekali, pucat tapi tetap ada secercah harapan disana. Bi juga terlihat agak kurusan, mungkin karena kecapean dan terlalu mengkhawatirkan kondisi mamahnya sehingga dia tidak memperhatikan kondisi dirinya sendiri.

Sesampainya dirumah, bi dan papahnya memapah sang mamah menuju kamarnya, zora membantu menurunkan barang2.
Setelah semua beres, dan mamahnya bi kembali beristirahat, bi menemani zora yg duduk sendirian dipinggir kolam renang.
"woy!" katanya sambil menepuk bahu zora.
Zora hanya tersenyum manis.
"makasih banyak ya nyet, gue gatau apa yg musti gue lakuin kalo gada lo. Berkat lo gue bisa fokus jagain nyokap. Berkat lo juga gue ga ketinggalan pelajaran. Haddeeeehhh.. Baiknya sahabatku yg satu ini" katanya sambil mencubit hidung zora.
"iya iya nyong." zora tersenyum manis. "gak mungkin lah gue cuek aja sementara sahabat gue ini udah kalut ampe gak ngurus dirinya sendiri. Gue kan sayang lo bi" kata zora sambil memeluk bi dengan hangat.
"eh iya, ini juga berkat usahanya tuh cecunguk dua kali nyong" ujar zora setelah melepaskan pelukan nya.
"haha.. Iya tuh.. Dio yg nemenin gue kalo malem trus gada papah. Ucup yg demen banget bawain sup ayam jahe kerumah sakit. Haha.. Gara2 si ucup tuh gue jadi kaga masuk angin." kenang bi.
"hihi, bener banget tuh." zora cekikikan.


***


tiiin.. Tiiinnn... Suara klakson mobil dari depan rumah zora. Bi imah mengintip.
"non, itu non bi di depan rumah."
zora pamitan pada maminya lalu keluar.
"met pageeee..." zora nyengir.
"met pagi juga nona manis." kata bi melepas kacamata hitamnya.
"berangcuuut cin" zora mengarahkan tangan nya kedepan.
Mobil pun membelah jalanan kota bekasi yang padat. Menuju sekolah tercinta untuk menuntut ilmu agar menjadi anak yg berguna bagi nusa dan bangsa (gue nulis kaya gitu mau muntah, sumpah)

"ih pasangan lesbian uda masuk sekola toh" ledek rara, cewe genit menyebalkan yang selalu nyari gara2 sama zora.
Bi dan zora menghentikan langkahnya.
"maksud lo?" tanya bi.
"maksud gue?" tanya rara "maksud gue ya elo berdua" lanjutnya nyolot menunjuk kemuka bi dan zora.
Otomatis tangan nya langsung ditepis zora "heh, lo kalo ngomong dipikir dulu pake otak. Atau bibir lo mau gue jahit?!" gertak zora sedikit melotot.
"lo pikir gue takut sama lo, LESBIAN??!" ujar rara tak mau kalah.
"masalah lo apasih sama kita?" tanya bi, tenang.
"masalah gue? Ya karena ada lo berdua" rara menunjuk nunjuk bi dan zora lagi.
"yee.. Ni kunyuk satu nyolotin banget sih pagi2.." zora mulai sewot.
Sesudah zora berkata begitu, bel masuk pun berbunyi.
"awas lo istirahat" ancam rara lalu pergi meninggalkan mereka.
"ngapa sih tuh?" tanya bi, zora hanya mengangkat bahu lalu berjalan kekelas lagi.

Terdengar suara kentut menggema diseluruh penjuru SMA Mustika pertanda istirahat. Oke oke, itu bukan suara kentut. Tapi suara bel. Tapi mirip kentut. Tapi itu bel. Oh tidak,sangat mirip sekali kentut. Ya sudahlah.

"pa'e basonya satu campur." teriak zora sambil mengambil tempat.
"dua pa'e.." timpal bi. "mau minum pa nyet?"
"es jeruk anget gapake jeruk" zora nyengir.
"sekalian gapake gelas.." bi pun melengos memesan minuman.
Setelah pesanan mereka datang, zora dengan lahap memakan baso nya. Bi hanya bisa senyum senyum melihat tingkah zora yg seakan lupa kalo dirinya perempuan.
Zora menyadari, lalu mengusap muka bi dengan tangan nya "heeeh.. Makan. Kenapa sih ngeliatin gue mulu?"
"ya karena dia suka sama lo TOLOL" samber rara.
Yaelah si nenek sihir dateng lagi, ujar zora dan bi dalam hati.
" pergi lo ah, ganggu napsu makan gue aja" usir zora.
"kenapa? Mau pacaran ya?" "woooy disekolah kita ada LESBIAN NIH.. Lagi pacaran..." teriak rara dengan bacotan super toak nya.
Zora kesal, lalu menggebrak meja.
"masalah lo apa sih ama gue? JALANG!"
anak2 mulai mengerumuni mereka..
"ga demen aja gue ada lesbian disini" senyum sinis meluncur dari bibir tipis rara.
Bi masih tenang duduk di tempat duduknya sambil menuang sambel ke mangkok basonya.
Zora mau beranjak dari tempat duduknya tapi ditahan oleh bi.
"wooow.. Perhatian sekali ya lesbian lo zor.." goda rara.
Dengan tiba2, bi menyebor rara dengan isi mangkok basonya yg masih gress and hot of course.
Semua yg dari tadi mulai menyerukan jagoan masing masing sampai ada yg berteriak "go indonesia.. Go indonesia.." (oke mereka memang suka ngaco, padahal kan itu teman sekolah mereka) diam tak berkata.
Rara menjerit kepanasan.. Dada sampai perut dan pahanya basah tersiram kuah baso panas.
"pak, ni uangnya ya" bi menaruh uang 20ribuan di atas meja lalu berlenggang santai diikuti oleh zora. Ekspresi mereka datar sekali seperti tdk ada apa2, kontras dengan rara yg masih kesakitan dan kepanasan.

 ****

psychotique (6)

Disebuah cafe di bekasi, duduklah seorang wanita mengenakan celana jeans ketat dan sweater merah kebesaran, rambut ikal hitam dan panjangnya di ikat ekor kuda, hanya menyisakan poni miringnya.. Membuat wanita itu makin terlihat sporty. Dia menyulut rokoknya lalu ada seorang pria menghampirinya.
"maaf ya nunggu lama zor." pria itu ternyata ucup. Dia lalu mengambil tempat tepat didepan zora.
"baru dateng kok" kata zora santai sambil terus merokok.
"kamu ngerokok?" tanya ucup.
"he'em . Mau?" tawarnya.
"boleh. Sejak kapan?" tanyanya sambil mengambil rokok yg ditawarkan.
"sejak nenek masih perawan" zora terkekeh. Ucup pun tersenyum.
"kenapa sih aku sms ga pernah dibales, aku telepon jarang diangkat?" tanya ucup serius.
"enggak apa2. Penting gitu?" zora memanggil pelayan lalu memesan minuman.
"km ga mau bertemen sama aku ya zor?" tanya ucup seusai memesan juga.
"bukan gamau cup. Gue cuma risih kalo di rese in kaya gitu."
"jadi maksud kamu aku rese?"
"yaah.. Mungkin begitu." zora mengangkat bahunya.
"aku mau coba deket sama kamu." katanya memelas.
"yaaah lo tau lah gue orangnya gimana. Gue mau aja kok. Tapi jangan gitu ya" zora tersenyum.
"ya aku janji ga rese lagi" ucup mencubit pipi zora.
"aduuh.." zora manyun.

Dari kantong jeansnya, hape zora bergetar.
"apa bi?" jawab zora mengangkat telepon.
"dimana lo?" bi tampak kebingungan.
"lagi di rock n roll cafe. Kenapa lo?" tanya zora.
"nyokap gue zor, masuk rumah sakit." bi berusaha menahan tangisnya yang mau meledak.
"hah? Masa? Dimana? Gue langsung kesana." zora terbelalak.
"gue smsin ya alamatnya." kata bi lalu menutup teleponnya.

"kenapa?" tanya ucup.
"nyokapnya bi masuk rumah sakit." kata zora panik.
"yaudah bareng aku aja. Dirumah sakit mana?" kata ucup.
Lalu hp zora bergetar lagi pertanda sms masuk.
"nih disini" zora memperlihatkan sms bi.
"yaudah yuk" ucup berdiri lalu menyelipkan uang 50 ribuan di bawah gelasnya. Lalu menyusul zora keluar cafe.
"naik mobil gue aja." kata ucup.
"nanti macet. Naek motor gue aja ya cup." timpal zora.
"yaudah tapi aku yg nyetir ya." kata ucup.
Zora lalu mengangguk dan menuju satria F150 warna hitamnya.
Ucup menitipkan mobilnya ke satpam cafe dan meminjam helm dari sang satpam.
Lalu mereka pun menaiki dan mengebut menuju rumah sakit di bilangan jakarta timur.
Di lampu merah, "zor, tolong sms dio kasih tau rumah sakitnya biar dia nyusul." kata ucup menyerahkan hp nya ke zora.
Lampu hijau menyala kemudian ucup mulai menunggangi motor dengan kecepatan penuh.
"udah smsnya?" ujar ucup setengah berteriak.
"udah nih hpnya" timpal zora setengah berteriak juga.
"pegang aja dulu." kata ucup.
Lalu zora mengantongi hpnya ucup.
Ucup menarik tangan zora agar bisa memeluknya. Zora agak canggung sepertinya. Ucup tetap memegangi tangan zora dengan tangan kirinya agar zora tetap memeluknya.

***

sesampainya dirumah sakit.
"bi gimana nyokap?" tanya zora masih mencoba mengatur napas karena berlari.
"gak tau, dokternya belom keluar." ujar bi. Mukanya pucat sekali.
Zora memeluk bi berusaha menenangkan.
"tenang ya, nyokap pasti gak apa2 kok"
tak lama dio pun datang.
"woy cup" kata dio.
"yow.." kataa ucup sambil menaruh telunjuknya dibibir pertanda jangan berisik.
"bi, gapapa kan?" tanya dio mengelus rambut bi yang sedan ada dipelukan zora.
"gak apa2.. " kata bi sambil mengusap air matanya.
Dokter pun keluar dari ruangan ICU.
"dok gimana mama saya?" tanya bi tak sabar.
"kamu keruangan saya ya, ada yg ingin saya jelaskan.
Bi mengekor meninggalkan zora, ucup dan dio.
"hmm.. Papa kamu mana?" tanya dokter sambil menaruh stetoskopnya.
"papah tadi katanya on the way dok."
tiba2 ada yang mengetuk pintu ruangan. "ya masuk" kata sang dokter.
"permisi dok.." ternyata papahnya bi.
"itu papah dok." kata bi.
"oh iya masuk pak masuk.." lalu mereka berjabat tangan.
"begini, kondisi istri bapak sangatlah mengkhawatirkan."
"kenapa dok?" papahnya pucat.
"istri bapak terkena kanker paru2. Tadi saya sudah melakukan pengecekan. Tapi harus juga menggunakan CT SCAN agar lebih jelas dan benar2 memastikan." ujar dokter.
"apa?! Kanker paru2 dok?" bi terbelalak.
"iya, besok kita lakukan ct scan ya. Mulai malem ini biar ibu ajeng dirawat disini. Silahkaan bapak dan ade mengurus biayanya ke bagian adm." kata dokter lagi.
Bi lemas bukan kepalang. Keluar dari ruangan dokter pecahlah tangisnya. Zora,ucup dan dio menghampiri.
"tolong jaga bi ya zora.. Om mau ke bagian adm dulu." tampak mata papahnya bi berkaca2.
Zora mengangguk.
"apa kata dokter?" tanya dio.
"mamah gue.. Mamah.. Katanya dia kanker paruparu.." bi terisak.
"sabar ya bi.. Mamah lo pasti sembuh kok.." ujar zora menenangkan.
Dio dan ucup pun lalu memberi semangat kepada bi.

***

pria itu menggenggam tangan seorang wanita paruh baya yg terbujur kaku penuh infus disebuah ruangan dingin. Air matanya jatuh perlahan.
Perasaannya berkecamuk tak menyangka wanita yang begitu dicintainya kini lemah tak berdaya.

***