Glitter Words

Kamis, 10 Maret 2011

psychotique (9)

Pagi hari yang mendung. Bianca menggeliat dibalik selimutnya. Mencoba untuk membuka mata lalu sekejap kemudian dia ingin bangun beranjak mandi.
"oh iya kan di skors" bi menepuk jidatnya lalu merebahkan dirinya kembali. Tapi dari luar papanya mengetok pintu.
"bii.. Bangun sayang. Sekolah." bi berjalan gontai mmbuka pintu kamarnya.
"pagi paaah.." bi nyengir. "libur pah. Seminggu. Persiapan Try out katanya" bi mengarang bebas.
"ooh.. Yasudah mandi trus sarapan sama mama juga dibawah." kata papanya sambil ngeloyor pergi.
Bi memandangi keluar dari jendela rumahnya. Tampak langit mulai cemberut. Ingin menjatuhkan berjutajuta bahkan bermilyarmilyar tetes air.
Bi tidak menyesalkan perbuatannya, tapi dia terus kepikiran dengan sahabatnya yang disekolah sendirian. Tanpa dirinya. Dan dia juga kesepian tidak ada zora di sisinya.
Deru motor terdengar, memecah lamunannya. Kaget sesosok pria mengenakan jaket hitam dan helm warna putih masuk kerumahnya. Siapa itu? Pikirnya dalam hati.
"alah paling juga sales" bi beranjak mandi. Tapi dari bawah papahnya teriak. "biiii... Ini ada temanmu datang! Cepat turun!"

hah? Teman? Siapa? Bi cepat2 turun masih memegang handuknya.
Betapa kagetnya dia ternyata dio yang datang.
"lah, yo? Ngapain?" tanyanya.
"idih belom mandi.." dio meledek.
Bi tampak kikuk menyembunyikan handuknya. "heh, ditanya juga.. Malah ngeledek."
"minum dulu dong.. Baru ntar dijawab.. Aus niih.." katanya merengek.
"jeh.. Ngerepotin ya.." dengus bi. "mbak, bikin minum dong buat temen aku." teriak bi.

Setelah minuman datang, dio langsung menyeruput minumannya.
"beneran aus ya?" tanya bi heran.
"masa boongan"
"skarang jawab pertanyaan gue." bi tolak pinggang.
Dio melengos lalu duduk di tempat duduk kayu yang sudah disediakan untuk tamu di depan rumahnya bianca.
"kepuncak yuk!" ajak dio tiba2.
Ini anak memang penuh kejutan. Mengajak seenaknya saja. Kalo gak bisa gimana? Kan cape2in diri aja udah kerumah orang malah ditolak.

"gak bisa." tolak bi.
"kalo gak bisa gue aduin nih ke ortu lo kalo lo di skors" dio menatap bi yang masih berdiri dengan pandangan licik.
"eh lo tau darimana" bi mlotot.
"uda sana mandi. Ntar bilang aja lo mau latian band. Oke?" dio seakan tidak perduli dengan ekspresi bi.
Bi manyun lalu terpaksa mengikuti kemauan dio.
Setengah jam kemudian, bi keluar lalu menenteng helmnya "buruan yu ah.. Sore musti balik gue.. Mau nganter nyokap ke dokter."
dio bangkit lalu nyengir melihat bi yang walaupun tomboy ternyata manis juga mengenakan celana jeans ketat dan jaket kulit.

Pinter juga nyocokin kostum, pikir dio.

Dio menyalakan motor sportnya, lalu bi naik. Mereka berangkat ditemani langit yang berangsur angsur menunjukan senyumnya.

***

"biii.. Kesini bii.. Bagus banget deh.." ujar dio. Mereka sedang istirahat di kebun teh.. Sambil meminum teh hangat dari para penjual yang ada.
"bawel lo ah" acuhnya.
"jehh.. Ni anak.. Kesini.." paksa dio.
"iya iya, ada apaan sih? Bidadari?" ujar bi lalu terkesima melihat pemandangan yang ada didepannya.
"melototkan lo" ejek dio.
"waw.." hanya itu yg bisa diucap bi.
"bi, lo mau gak jadi cewe gue" ujar dio cepat tapi pelan.
Bi masih terkesima tak menggubris ucapan dio.
Dio ketakutan, sambil merem. Tapi setelah lama, dia perlahan membuka matanya. Ternyata bi sudah tidak ada disampingnya lagi.
"woy, sini.. Ada jagung ni" bi memanggil dari kejauhan.
"sial" keluh dio.
Mereka berdua lalu melanjutkan perjalanan menuju puncak pas.
Jalanan yang cerah tapi dingin tetap menusuk tulang mulai berliku.
Sesampainya disana, mereka berjalan menuju warung2 untuk memanjakan perut mereka yg keroncongan.
Bi memesan bandrek dan makanan yang bisa menghangatkan tubuhnya. Begitu juga dengan dio.
Sambil menunggu makanan, dio berniat mengucapkan kalimat pamungkasnya yang tadi.
"bi!" hardik dio. Takut bi tidak memperhatikannya seperti tadi lagi.
"hah?" jawab bi.
"lo mau enggak jadi cewe gue?" tanyanya.
"enggak." jawab bi dengan singkat.
"serius bi."
"iya serius" ujar bi.
"kenapa?" wajah dio mulai suram.
Bi gak menjawab.
Pelayan lalu mengantar makanan mereka. Tampak minuman dan makanan mengebul ngebul..
"bang bang.. Gue sayang bang ama dia bang.." kata dio belaga gila. Bi tampak risih. Sang pelayan hanya senyum lalu mngacungkan jempolnya.
"apaan sih lo. Jangan didengerin ya bang" sanggah bi.
Dio bangkit lalu menyambangi meja meja yang lain "om om.. Saya sayang banget om sama dia.. Itu tuh.. Namanya bianca.." lalu pindah ketempat lain "mas mas.. Aa aa.. Neng.. Teteh.. Sayang sayaaang banget sama dia.. Tuh yang disana tuh.." semua pengunjung hanya tersenyum melihat tingkah anak muda yang sedang dimabuk kepayang oleh cinta.
bi menutup mukanya, karena malu.
Setelah dio melakukan aksi gilanya, dia kembali.
"gimana? Udah percaya?"
"gokil lo" bi geleng2 kepala.
"jadi jawabannya apa?" dio masang muka mupeng.
Bi nyengir "hehe... Enggak!" bi pasang muka jutek sejutek juteknya.
"oh my gooodddd..." dio menepuk kepalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar